Busana Paes Ageng :
Kain Dodot/Kampuh berukuran 4 – 5 meter dengan lebar 2-3 meter. Motif batik
yang sering digunakan adalah Sido Mukti, Sido Asih, Semen Rama, Truntum. Motif-motif tersebut mempunyai makna filosofi yang sangat bagus berupa harapan
akan berlangsungnya kehidupan rumah tangga yang kekal, saling berbagi dan
mengisi dengan cinta kasih dan harapan akan dikaruniai hidup sejahtera
Selain kain panjang, pengantin putri memakai pakaian dalam dan selendang kecil
(udet) berupa kain sutra motif cinde. Konon motif ini merupakan lambang sisik
naga, yaitu symbol kekuatan. Sumber lain mengatakan bahwa motif cinde
sebagai penghormatan kepada Dewi Sri, dewi kesuburan dan kemakmuran
Asesori
Paes Ageng :
Perhiasan yang dipergunakan pengantin putri disebut pula dengan nama raja keputren. Semua terbuat dari emas bertahtakan berlian yang dirancang dengan
seni tinggi dan sangat halus. Set perhiasan ini berupa :
- Cunduk Menthul
5 tangkai bunga dipasang di
atas sanggul menghadap belakang, menggambarkan sinar matahari yang
berpijar memberi kehidupan, sering juga dikaitkan dengan lima hal yang menjadi
dasar kerajaan Mataram Islam ini, seperti yang tercantum dalam Kitab Suci.
- Pethat/sisir
berbentuk gunung
Hiasan berupa sisir terbuat dari
emas diletakkan di atas sanggul berbentuk seperti gunun, sebagai simbol
kesakralan. Dalam mitologi Hindu, gunung adalah tempat bersemayam nenek moyang
dan tempat tinggal para dewa serta pertapa.
- Kalung Sungsun
(kalung terdiri 3 susun)
Melambangkan 3 tingkatan kehidupan
manusia dari lahir, menikah, meninggal. Hal ini dihubungkan dengan konsepsi
Jawa tentang alam baka, alam antara, dan alam fana
- Gelang Binggel
Kana
Berbentuk melingkar tanpa ujung
pangkal yang melambangkan kesetiaan tanpa batas
- Kelat Bahu (perhiasan
pada pangkal lengan)
Berbentuk seekor naga, kepala dan
ekornya membelit. Melambangkan bersatunya pola rasa dan pikir yang mendatangkan
kekuatan dalam hidup. Dalam mitologi Jawa, Naga merupakan hewan suci
yang dipercaya menyangga dunia
- Centhung
Perhiasan berupa sisir kecil
bertahtakan berlian di letakkan diatas dahi pada sisi kiri dan kanan.
Melambangkan bahwa pengantin putri telah siap memasuki pintu gerbang kehidupan
rumah tangga
- Cincin
Menurut beberapa serat yang ditulis
sejak jaman Sultan Agung seperti serat Centhini, serat Wara Iswara
(Sunan PB IX) ditulis bahwa para putrid tidak diperkenankan memakai cincin di
jari tengah. Karena sebagai symbol satu perintah untuk diunggulkan, yaitu milik
Tuhan. Cincin di jari manis sebagai symbol untuk senantiasa bertutur kata
manis. Cincin di jari kelingking symbol untuk selalu trampil dan giat dalam
mengerjakan pekerajaan rumah tangga. Cincin di ibu jari sebagai symbol untuk
senantiasa melakukan pekerjaan dengan ikhlas dan terbaik.
Parameswara Dodotan melayani pemesanan dodotan kain maupun potongan jadi gaya solo, jogja, kombinasi jogja solo, beserta patah
juga melayani pemesanan aksesoris perhiasan pengantin dan pernik2 pengantin lainya
pemesanan hubungi kami di:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar